Kadang-kadang seseorang ini mendidik kita bukan dengan cara membelai dan menunjukkan ke"caringan" nya. Tapi kadang-kadang membiarkan kita survive sendiri, berguling-guling sendiri,menangis sendiri, mencari jawapan sendiri. Membiarkan kita rasa kita betul, kemudian bila tersalah membetulkan sendiri.
Tindakannya seolah-olah tidak pedulikan kita, tapi kerap kali mencuri pandang pada kita kerana kerisauannya, buat-buat tak tahu pada kita seolah-olah membenci kita tetapi sering bertanya pada orang lain tentang kita tanpa pengetahuan kita , sedangkan hatinya menangis melihat ujian yang melanda kita, menitis air mata mendoakan kita.Tak pernah menyatakan sayang pada mulutnya, tapi komunikasi tanpa suara itulah medium untuk kami berbicara, sayang tak terucap.
Bisikan-bisikan nasihat mengiringi perjalanan kita, walaupun terpaksa bergerak kerja sendiri, tapi semangat juangnya mengiringi kita dan tak pernah kita merasa keseorangan. Walaupun terpisah jasad, walaupun jarang berjumpa tapi ukhwah tetap mekar dan ingatlah ukhwah itu bukan sekadar kebersamaan kita, tapi subjektif bergantung dengan keikhlasan dan pengorbanan kita. Itulah tarbiyah dzatiyah (jati diri) agar menjadikan kita berjiwa tegar, berdikari dan berjiwa besar.
